Tradisi pertunjukkan Barongsai kerap kali muncul dan memeriahkan momen Tahun Batu Imlek. Tradisi yang satu ini mempertontonkan boneka singa naga yang diperagakan oleh beberapa orang. Walaupun seni pertunjukkan Barongsai ini cukup populer, tapi kalian tau ga sih filosofi dari Barongsai ini? Mari kita bahas dalam artikel ini ya.
Apa sih Barongsai itu
Barongsai merupakan seni tradisional yang berasal dari Tiongkok dan sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya Indonesia sendiri. Pada sejarah paling tuanya, Barongsai pertama kali dipertontonkan pada masa Dinasti Chin, yaitu abad ketiga SM. Tarian ini kerap dipertontonkan dalam acara-acara penting seperti perayaan Tahun Baru Imlek atau pembukaan usaha baru karena Barongsai sendiri dipercaya sebagai simbol keberuntungan dan kesuksesan, juga dipercaya dapat mengusir energi-energi negatif.
Barongsai Hanya Dikenal di Indonesia
Barongsai sendiri hanya dikenal di Indonesia, masa sih? Kan asalnya juga dari Tionghoa. Nah, ini menjadi hal yang unik loh. Bahwasanya, memang benar kalau istilah Barongsai itu hanya dikenal di Indonesia, karena diluar sana kesenian ini lebih dikenal dengan istilah Lion Dance.
Istilah barongsai muncul di Indonesia dan beberapa pecinan di Asia Tenggara. Di Tiongkok sendiri, tarian ini disebut sebagai “shi” yang artinya singa. Istilah barongsai sendiri hadir di Indonesia setelah mendapatkan akulturasi dengan budaya pribumi, terutama Jawa, yang berasal dari kata barong. Melalui perpaduan antara budaya Indonesia serta Tiongkok maka lahirlah istilah barongsai seperti yang kita kenal saat ini.
Barongsai masuk ke Indonesia diperkirakan pada kisaran abad ke-17 berbarengan dengan adanya migrasi besar dari Tiongkok Selatan ke Indonesia. Walaupun berasal dari Negeri Tirai Bambu, kesenian ini sudah berkembang di Indonesia hingga saat kini
Filosofi Pertunjukan Barongsai
Filosofi pertunjukan barongsai berkaitan dengan keunggulan, kekuatan, serta kebijaksanaan. Filosofi barongsai tidak terlepas dari sejarah cikal bakal tarian ini yaitu dari terlihatnya beberapa singa di Tiongkok Kuno yang kini bernama Xinjiang sekitar 202 SM – 200 SM. Gerakan hewan ini banyak ditiru masyarakat bata saat itu. Kemudian, gerakan-gerakan singa ini mulai berubah menjadi sebuah kesenian pada 220 M – 280 M atau pada masa periode tiga kerajaan. Tarian ini kemudian makin terkenal pada masa dinasti Selatan-Utara atau dikenal dengan Nan Bei pada 420-589 M.
Nah, ada juga versi lain dari kemunculan tarian ini. Versi lain ini menyebutkan bahwa sejarah barongsai lahir karena pada saat itu muncul makhluk mengerikan bernama Nian ketika musim semi dan tahun baru Imlek pada masa Tiongkok Kuno. Agar makhluk ini tidak mengganggu manusia, Nian diusir dengan cara bermain kembang api, petasan, dan tarian singa atau barongsai.
Setiap bagian tubuh dari barongsai ini memiliki filosofi yang berbeda-beda,
1. Kepala (singa); keunggulan, kekuatan, dan kebijaksanaan
2. Tanduk (Jambul Burung): melambangkan kehidupan dan unsur perempuan
3. Punuk (Kura-kura); melambangkan umur yang panjang
4. Telinga serta ekor (makhluk mistis): melambangkan kebijaksanaan serta keberuntungan
5. Tulang belakang (ular): melambangkan sebuah pesona dan kekayaan
6. Jenggot dan dagu (Naga): melambangkan kepemimpinan, kekuatan, dan unsur laki-laki.
Warna-warna dalam barongsai pun mewakili berbagai elemen dalam kehidupan, seperti.
- Merah: melambangkan api
- Kuning: melambangkan bumi
- Putih: melambangkan logam
- Hitam: melambangkan air
- Hijau: melambangkan kayu
Pada umumnya, filosofi dari barongsai ini adalah sebagai seorang manusia kita harus menjadi sosok yang kuat, tangguh, berani melawan kejahatan, namun tetap bijaksana. Biasanya barongsai ini dipertunjukan dengan diiringi oleh beragam alat musik seperti gong, gendang, hingga simbal.
Sekarang kita liat dulu yuk keseruan VML Project saat mendokumentasikan acara Barongsai/Lion Dance ini.